Pernah Tuntut Pemekaran, Kecamatan Sepaku Kini Bakal Jadi Lokasi Ibu Kota Baru RI
SUARA DESA | Penajam Paser Utara -
Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara,
Kalimantan Timur kini ramai diperbincangkan. Bersama Kecamatan Samboja,
Kabupaten Kutai Kartanegara, kecamatan terjauh dari Kabupaten Penajam
Paser Utara ini bakal jadi kawasan ibu kota negara.
Siapa sangka, dulunya Kecamatan Sepaku pernah menuntut pemekaran dan
ingin mendirikan daerah otonomi baru (DOB) berupa kabupaten. Namun,
usulan tersebut baru sebatas wacana. Tak ada dukungan sama sekali dari
pemerintah daerah maupun DPRD-nya.
Mengapa Kecamatan Sepaku ingin memisahkan diri? Alasan sederhananya
karena pemerataan pembangunan. Akses jalan dari pusat kabupaten tak
terawat. Banyak jalan yang rusak. Akses lain dari Kabupaten Kutai
kartanegara juga sama nasibnya.
Penderitaan lain yang dirasakan warga adalah transportasi publik yang
tidak tersedia. Memang, Kecamatan Sepaku belum disebut secara eksplisit
oleh Presiden Joko Widodo saat konferensi pers pengumuman ibu kota
baru.
Namun, jika melihat lokasi dan akses infrastruktur yang sedang
dikembangkan saat ini, kecamatan inilah letak ibu kota itu.
"Siapa sangka, wacana pemekaran dulu tak didukung di era (bupati
sebelumnya) Pak Yusran untuk jadi kabupaten sendiri, kini justru
Kecamatan Sepaku bakal menjadi ibukota baru," kata Anggota DPRD Penajam Paser Utara, Sariman, Rabu (28/8/2019).
Sariman yang terpilih di Daerah Pemilihan Kecamatan Sepaku ini
dulunya adalah salah satu tokoh penggagas pemekaran itu. Kini, dia
bersama warga Kecamatan Sepaku menyambut baik terpilihnya Penajam Paser Utara sebagai bagian dari rencana ibu kota negara.
"Harapan itu muncul setelah pengumuman ibu kota yang baru. Harapan
untuk pemerataan pembangunan dan kehidupan yang lebih baik," tuturnya.
Saat ini, pihaknya sedang membuat rencana jangka panjang untuk meningkatkan skill
masyarat di sana. Agar ketika ibu kota berdiri, warga Kecamatan Sepaku
bisa meningkatkan ekonominya dan memaksimalkan keberadaan orang-orang
yang datang.
"Menjadi ibu kota memang hal yang menyenangkan, tapi memang harus
diimbangi dengan sumber daya manusianya. Agar ke depan masyarakat kita
tidak termarjinalkan oleh kondisi," tuturnya.
Selain itu, Sariman pun kini terus mengingatkan warga untuk tidak
tergiur menjual lahannya. Sebab, lahan yang dimiliki warga adalah aset
yang harus dijaga.
"Ke depan nilai tanah akan sangat tinggi, tapi kami berharap
masyarakat tak mudah menjual tanahnya. Karena itu merupakan modal besar
untuk hidup di ibu kota," pungkasnya.
Terpisah, Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Abdul Ghofur Mas’ud
menjelaskan, sejak kepemimpinannya upaya pemerataan pembangunan terus
dilakukan. Ghofur yang terpilih pada Pilkada tahun 2018 sadar betul jika
masih ada daerahnya yang tertinggal.
"Saat ini yang sedang kami perjuangkan terlebih dulu adalah
pemerataan di bidang pendidikan dan kesehatan. BPJS kami gratiskan,"
katanya.
Dalam rencana kerjanya, Ghofur menyebut pembenahan infrastuktur di
kecamatan juga menjadi prioritas. Sejak terpilihnya Penajam Paser Utara
sebagai kawasan ibu kota, dia pun sangat bersyukur.
"Kami sangat bersyukur ini akan jadi momentum bersama pemerataan
pembangunan di sini. Akan ada pembangunan secara masif dan dilakukan
bersama-sama, baik pemerintah daerah sendiri, pemerintah provinsi, dan
tentu saja pemerintah pusat," dia menandaskan.
Sumber : liputan6
Editor : Diko
No comments