Cerita Noviana, Wisudawan Terbaik Unair yang Pernah Mengamen di Surabaya
Dukungan orangtua untuk mendorong anaknya mengutamakan pendidikan
menjadi motivasi bagi Noviana, wisudawan terbaik di Universitas
Airlangga, Surabaya, Jawa Timur. Ia meraih IPK 3,94 dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga bukan menjadi hambatan bagi
Noviana untuk menyelesaikan pendidikan. Akan tetapi, hal itu melecut
semangat Noviana untuk mewujudkan mimpi orangtua dan meraih
cita-citanya.
Siapa sangka perempuan kelahiran Surabaya 1995 ini pernah merasakan kerasnya kehidupan jalanan di Surabaya,
Jawa Timur. Keterbatasan keuangan keluarga membuat Noviana membantu
orangtuanya dengan mengamen di Jalanan Ngagel Surabaya. Ayah Noviana,
Sutrisno bekerja sebagai tukang becak.
"Selama 10 tahun mengamen di jalan. Dari TK hingga SMP," ujar Noviana kepada media, Minggu (8/9/2019).
Ia menuturkan, kalau orangtuanya tidak setuju anaknya untuk turun ke
jalan mencari nafkah. Namun, karena keinginan Noviana dan saudaranya
yang ingin bantu orangtua sehingga akhirnya diperbolehkan mengamen di
jalan.
Namun, orangtua Noviana selalu mengingatkan kalau jangan jadikan
jalanan sebagai sumber utama untuk mencari kehidupan. Orangtua Noviana
juga tetap memperhatikan kondisi anak-anaknya.
"Penghasilan mengamen juga dikembalikan ke anak-anaknya untuk makan, beli vitamin dan buku," tutur Noviana.
Noviana menuturkan, banyak duka dan suka saat mengamen di jalanan
tetapi ada juga hikmah yang didapat. Orangtuanya selalu membuat suasana
kehidupan menjadi tidak tertekan.
Meski mengamen di jalan tetapi itu tidak dilakukan seharian. Anak
dari pasangan Sustrisno dan Karyatiningsih ini dididik untuk disiplin.
Jadi anak keempat dari delapan bersaudara ini hanya boleh mengamen saat
sore. Ia dan saudaranya harus tidur siang dahulu.
Hal ini juga yang membantu dirinya dan saudaranya tidak terpengaruh
kehidupan keras jalanan. Noviana mengatakan, orangtuanya selalu
melindungi anak-anaknya agar tidak terpengaruh kehidupan jalanan.
"Selalu bisa bawa suasana tidak tertekan, tetap bahagia,” ujar Noviana.
Noviana mengatakan, di sela-sela mengamen tersebut, ia juga
menyempatkan diri untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Hal itu juga
menuntut dia tetap untuk konsentrasi. Selain itu, ayahnya juga seperti
ikut belajar bersama dia.
"Bapak selalu antar jemput sekolah. Dalam perjalanan itu, bapak selalu nanya, jadi ikut belajar,” tutur Noviana.
Ia mengingat ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama
(SMP), pernah menemui soal pelajaran biologi yang belum ketemu
jawabannya. Ia pun mencurahkan kekesalan kepada bapaknya kalau tidak
menemukan jawaban dari soal pelajaran biologi itu.
Bapaknya menuturkan, kepada dirinya kalau tidak ada pertanyaan yang
tidak ada jawabannya. Bapak Noviana meminta anaknya untuk kembali
benar-benar membaca buku lagi, dan akhirnya menemukan jawaban.
Sejak
itu, ia pun selalu mengingat pesan bapaknya untuk jangan menyerah dalam
menemukan jawaban. Saat mengamen di jalanan, Noviana menceritakan kalau sering
menghadapi aparat keamanan dan pernah ditahan di Lingkungan Pondok
Sosial (Liponsos).
"Sering dikejar-kejar aparat, mungkin orangnya sampai
bosan. Saya dan kakak pernah ditangkap,” tutur dia.
Saat berada di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih, ia bertemu dengan Wali Kota Surabaya
yang menjabat saat itu Bambang DH. Ia pun meminta untuk mendapatkan
pekerjaan sampingan dan bisa sekolah dengan lancar.
Akhirnya dua hal
tersebut pun disanggupi. Singkat cerita, Noviana pun meninggalkan
mengamen di jalan sekitar kelas 2 SMP.
Noviana
pun menjalani hari-harinya dengan kesibukan sekolah. Ia tekun belajar
dan berusaha untuk masuk IPA. Ini lantaran dirinya ingin menjadi guru
matematika dan melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Surabaya.
Akan tetapi, jalan Tuhan berbeda. Noviana mendapatkan jalur undangan untuk masuk ke Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
"Saya bertemu seseorang yang menilai kalau saya cocoknya di Fakultas Hukum. Kalau mau mengabdi ke masyarakat tidak harus jadi guru, bisa lewat bidang hukum. Karena orang itu tahu karakter saya jadi seperti menepati untuk masuk ke fakultas hukum. Memang semakin kita menghindari malah itu yang didapat. Jadi saya dapat jalur undangan untuk masuk fakultas hukum,” ujar dia.
Selama kuliah, Noviana berusaha untuk tidak merepotkan orangtuanya. Ia berusaha untuk mencari uang sendiri mulai dari membantu fotokopi materi kuliah teman-temannya, berdagang aksesoris, menjadi atlet panahan.
Bicara soal atlet panahan, ia juga pernah ikuti pekan olahraga panahan (Porprov) untuk kontigen Surabaya. Saat ikut pekan olahraga tersebut, ia pernah mendapatkan medali emas dan perak. Hasil dari itu juga membantu untuk biaya kuliahnya. Ditambah dirinya mendapatkan beasiswa pada semester lima.
"Saya juga ikut di Unit Konsultasi dan Bantuan Hukum FH Universitas Airlangga, untuk membantu menambah ilmu," kata dia.
Noviana berencana ingin melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Tak hanya itu, ia ingin bisa menjadi hakim ke depannya. Saat ini, ia magang di salah satu kantor advokat.
Noviana pun memiliki pesan untuk generasi muda yang sedang kejar cita-citanya. Ia mengatakan, kalau hambatan jangan jadi penghalang untuk meraih cita-cita.
Tidak ada cita-cita yang terlalu tinggi tetapi bagaimana usaha yang bisa kita maksimalkan. Masa depan ada di tangan kita, bukan orang lain. Jangan mengharapkan orang lain. Tuhan pun akan beri rezeki. Kemudian komitmen dengan pilihan kita.
"Jangan jadikan misalkan pada semester awal kuliah mengambil jurusan kuliah karena pilihan orangtua jadinya malas-malasan. Tetapi komitmen dengan pilihan kita karena kita sudah memasuki pilihan itu. Komitmen dengan pilihan kita hingga dapat kesuksesan," ujar dia.
Sumber : Liputan6
Editor : Diko
Akan tetapi, jalan Tuhan berbeda. Noviana mendapatkan jalur undangan untuk masuk ke Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
"Saya bertemu seseorang yang menilai kalau saya cocoknya di Fakultas Hukum. Kalau mau mengabdi ke masyarakat tidak harus jadi guru, bisa lewat bidang hukum. Karena orang itu tahu karakter saya jadi seperti menepati untuk masuk ke fakultas hukum. Memang semakin kita menghindari malah itu yang didapat. Jadi saya dapat jalur undangan untuk masuk fakultas hukum,” ujar dia.
Selama kuliah, Noviana berusaha untuk tidak merepotkan orangtuanya. Ia berusaha untuk mencari uang sendiri mulai dari membantu fotokopi materi kuliah teman-temannya, berdagang aksesoris, menjadi atlet panahan.
Bicara soal atlet panahan, ia juga pernah ikuti pekan olahraga panahan (Porprov) untuk kontigen Surabaya. Saat ikut pekan olahraga tersebut, ia pernah mendapatkan medali emas dan perak. Hasil dari itu juga membantu untuk biaya kuliahnya. Ditambah dirinya mendapatkan beasiswa pada semester lima.
"Saya juga ikut di Unit Konsultasi dan Bantuan Hukum FH Universitas Airlangga, untuk membantu menambah ilmu," kata dia.
Noviana berencana ingin melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Tak hanya itu, ia ingin bisa menjadi hakim ke depannya. Saat ini, ia magang di salah satu kantor advokat.
Noviana pun memiliki pesan untuk generasi muda yang sedang kejar cita-citanya. Ia mengatakan, kalau hambatan jangan jadi penghalang untuk meraih cita-cita.
Tidak ada cita-cita yang terlalu tinggi tetapi bagaimana usaha yang bisa kita maksimalkan. Masa depan ada di tangan kita, bukan orang lain. Jangan mengharapkan orang lain. Tuhan pun akan beri rezeki. Kemudian komitmen dengan pilihan kita.
"Jangan jadikan misalkan pada semester awal kuliah mengambil jurusan kuliah karena pilihan orangtua jadinya malas-malasan. Tetapi komitmen dengan pilihan kita karena kita sudah memasuki pilihan itu. Komitmen dengan pilihan kita hingga dapat kesuksesan," ujar dia.
Sumber : Liputan6
Editor : Diko
No comments