Dulu Ngeyel, Donald Trump Akhirnya Setuju Pakai Masker
SUARA DESA -
Setelah berbulan-bulan ogah memakai masker,
Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya setuju untuk
mengenakannya. Keputusan ini diambil ketika kasus Virus Corona
(COVID-19) di negaranya mendadak kembali melonjak.
Dilansir CNBC, Kamis (7/2/2020), Presiden Trump mulai
mengaku suka memakai masker. Tetapi, ia belum mau mewajibkan masker di
seluruh wilayah AS. Ia beralasan ada daerah yang bisa menerapkan jaga
jarak.
"Saya mendukung masker.
Saya berpikir masker itu bagus," ujar Donald Trump yang mengaku dirinya
mirip pahlawan bertopeng Lone Ranger saat pakai masker.
Dalam wawancara bersama Fox Business itu, Donald Trump
berkata dirinya biasanya tidak perlu memakai masker karena jarang
berkerumun. Selain itu, ia mengungkap semua orang yang bertemu dengannya
harus tes Virus Corona COVID-19 lebih dahulu.
Pakar kesehatan menyebut pemakaian masker bisa mencegah penularan
Virus Corona COVID-19. Analis Goldman Sachs juga berkata masker bisa
menjadi alternatif ketimbang lockdown nasional yang bisa melemahkan ekonomi negara.
Meski kasus di AS sedang melonjak, Trump mengaku menangani Virus
Corona COVID-19 dengan baik. Ia pun mengklaim virusnya pasti akan
hilang.
"Saya berpikir suatu saat (virusnya) akan menghilang, saya harap,"
kata Trump. "Saya berpikir kita akan segera mendapat vaksin juga,"
tambahnya.
Sebelumnya, Presiden Trump diketahui susah mengenakan masker. Ia
sempat bermasker pada Mei lalu ketika mengunjungi pabrik Ford, namun
seringkali ogah memakai masker.
Tindakan Donald Trump berbeda dari anggota gugus tugas Virus Corona
COVID-19 di Gedung Putih, seperti Dr. Anthony Fauci dan Dr. Deborah
Birx, yang kerap memakai masker.
S&P
500 dan Nasdaq Composite memulai paruh kedua 2020 dengan menguat pada
perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta), di mana sentimen pasar mendapat
dorongan dari berita positif perkembangan vaksin virus corona dan data
ekonomi AS yang kuat.
CNBC melaporkan S&P 500 ditutup naik 0,5 persen ke level 3.115,86. Nasdaq Composite yang berisi perusahaan teknologi membukukan rekor penutupan tertinggi, naik 0,95 persen menjadi 10.154,63.
Indeks Nasdaq-100, yang terdiri dari 100 saham non-finansial terbesar, melonjak lebih dari 1 persen ke level tertinggi sepanjang masa dan ditutup pada 10.279,25. Namun Dow Jones Industrial Average jatuh 77,91 poin atau 0,3 persen menjadi 25.734,97.
Sebuah studi tentang kandidat vaksin virus corona sedang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech, menunjukkan obat tersebut menciptakan antibodi penawar. Hasilnya dirilis secara online, tetapi belum ditinjau oleh jurnal medis.
"Kami didorong oleh data klinis BNT162b1, satu dari empat konstruksi mRNA yang kami evaluasi secara klinis, dan untuk itu kami memiliki temuan positif, awal, dan garis besar," kata Kathrin U. Jansen, Kepala Penelitian dan Pengembangan Vaksin di Pfizer, di sebuah rilis.
Perusahaan juga mengatakan bahwa, jika vaksin mendapat persetujuan dari regulator, pihaknya mengharapkan untuk membuat hingga 100 juta dosis pada akhir tahun dan berpotensi lebih dari 1,2 miliar pada akhir 2021.
Saham Pfizer melonjak 3,2 persen, sedangkan saham BioNTech yang terdaftar di AS turun 3,9 persen, menghapus kenaikan sebelumnya pada penutupan perdagangan.
CNBC melaporkan S&P 500 ditutup naik 0,5 persen ke level 3.115,86. Nasdaq Composite yang berisi perusahaan teknologi membukukan rekor penutupan tertinggi, naik 0,95 persen menjadi 10.154,63.
Indeks Nasdaq-100, yang terdiri dari 100 saham non-finansial terbesar, melonjak lebih dari 1 persen ke level tertinggi sepanjang masa dan ditutup pada 10.279,25. Namun Dow Jones Industrial Average jatuh 77,91 poin atau 0,3 persen menjadi 25.734,97.
Sebuah studi tentang kandidat vaksin virus corona sedang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech, menunjukkan obat tersebut menciptakan antibodi penawar. Hasilnya dirilis secara online, tetapi belum ditinjau oleh jurnal medis.
"Kami didorong oleh data klinis BNT162b1, satu dari empat konstruksi mRNA yang kami evaluasi secara klinis, dan untuk itu kami memiliki temuan positif, awal, dan garis besar," kata Kathrin U. Jansen, Kepala Penelitian dan Pengembangan Vaksin di Pfizer, di sebuah rilis.
Perusahaan juga mengatakan bahwa, jika vaksin mendapat persetujuan dari regulator, pihaknya mengharapkan untuk membuat hingga 100 juta dosis pada akhir tahun dan berpotensi lebih dari 1,2 miliar pada akhir 2021.
Saham Pfizer melonjak 3,2 persen, sedangkan saham BioNTech yang terdaftar di AS turun 3,9 persen, menghapus kenaikan sebelumnya pada penutupan perdagangan.
No comments