28 Tentara Rusia Masuk Rumah Sakit Usai Diracuni Warga Ukraina, 2 Tewas
Foto : Tentara Ukraina memeriksa tank Rusia yang hancur, di
Irpin, dekat Kiev, Jumat, 1 April 2022. (AP Photo/Efrem Lukatsky)
SUARA DESA -
Intelijen Pertahanan di Ukraina mengumumkan bahwa pasukan Rusia diracuni oleh rakyat lokal. Prajurit Rusia itu diberikan makanan dan alkohol yang mengandung racun.
Dilansir situs resmi pemerintah resmi Ukraina, Senin (4/2/2022), para prajurit Rusia itu diracuni di distrik Izium, wilayah Kharkiv. Makanan yang diracuni adalah kue pai.
"Hasilnya, dua penjajah langsung tewas, 28 lainnya dibawa ke unit perawatan intensif," tulis situs pemerintah Ukraina.
Pihak Ukraina juga mengklaim ada 500 prajurit Rusia yang dibawa ke rumah sakit karena keracunan alkohol, namun belum diketahui asal alkohol tersebut.
Pasukan Rusia kini sedang mundur dari area ibu kota Kiev. Daily Mail melaporkan banyak foto-foto lantas beredar mengenai banyaknya jenazah yang bergeletakan di jalanan kota Bucha. Wali Kota Bucha berkata ada 280 orang yang dikubur secara massal, korban termasuk anak laki-laki berusia 14 tahun.
Lebih lanjut, Rusia menuduh Amerika Serikat punya senjata biologis di Ukraina. Tuduhan itu langsung dibantah oleh AS. Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Linda Thomas-Greenfield membantah segala tuduhan pejabat Rusia atas program senjata biologis AS di Ukraina.
"Minggu lalu, kami mendengar dari perwakilan Rusia soal teori konspirasi yang aneh. Minggu ini kami mendengar lebih banyak lagi dari mana asalnya, hal-hal yang terdengar melalui email berantai dari beberapa sumber gelap internet. Presiden Biden memiliki kata untuk pembicaraan semacam ini," kata Greenfield, demikian dikutip dari situs US Mission, Senin (4/4/2022).
"Seperti yang saya katakan satu minggu lalu, Ukraina tidak memiliki
program senjata biologis. Tidak ada laboratorium senjata
biologis Ukraina. Tidak di dekat perbatasan Rusia, tidak di mana pun.
Hanya ada fasilitas kesehatan masyarakat, dengan bangga saya katakan
didukung dan diakui oleh Pemerintah AS, Organisasi Kesehatan Dunia, dan
pemerintah serta lembaga internasional lainnya." (*)
No comments