Warga Kecewa, Escavator Perbaikan Tanggul Atasi Banjir Ditahan
![]() |
Foto : Warga Desa Kwala Serapuh, Kecamatan Tanjung Pura, menolak penangkapan (penyitaan) escavator (becko). |
Warga
Desa Kwala Serapuh, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumut,
menolak penangkapan (penyitaan) escavator (becko) yang sedang bekerja
memperbaiki tanggul penahan banjir di desa mereka.
Hal ini
disampaikan puluhan warga, Rabu (07/12/2022) saat Polisi Kehutanan
(Polhut) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) wilayah I Stabat, Dinas
Kehutanan Provsu menahan escavator yang bekerja memperbaiki tanggul di
Dusun II Pematang Jaya, Desa Kwala Serapuh.
Warga mengatakan,
atas dasar apa pihak Polhut dan KPH menahan escavator, karena escavator
bekerja ditanggul Dusun II dan ini atas permintaan warga dibayar secara
swadaya oleh masyarakat guna memperbaiki tanggul yang jebol bukan untuk
melingkup kawasan hutan seperti yang diisukan.
Syahrul (44) salah
seorang warga mengatakan, kami warga dusun II tidak pernah keberatan
dengan adanya escavator didusun kami, malah kami yang memanggil dan
secara swadaya membayar escavator guna memperbai dan meninggikan
tanggul.
"Jika tanggul tidak diperbaiki dan ditinggikan, ratusan
rumah warga di dusun II Pematang Jaya akan terus terendam air pasang
laut, kami minta escavator segera dibebaskan dan bekerja kembali,"
ucapnya diamini warga lainnya.
Senada, Saiman (34) warga lainnya
mengatakan, pemberitaan tentang escavator melingkup kawasan hutan itu
salah dan hoax, escavator dipanggil masyarakat guna memperbaiki tanggul
agar air pasang tidak membanjiri rumah warga,
"Selama 2 tahun
warga kita merasakan banjir setinggi lutut orang dewasa akibat tanggul
rusak, saat warga ingin memperbaiki dan meninggikannya agar air tidak
masuk lagi membanjiri rumah warga, kenapa di bilang mau melingkup
kawasan hutan, itukan informasi yang menyesatkan," ucapnya disambut
teriakan warga menginginkan escavator kembali bekerja.
Salah
seorang petugas Kepolisian Hutan KPH I Wilayah Stabat Reinhart Siregar
saat ditemui dilokasi dan dikonfirmasi terkait penyitaan dan penahan
escavator, dengan singkat dirinya menjawab.
"Penahanan
atas laporan masyarakat dan perintah pimpinan, kalau mau lebih jelas
nanti Pak Kasi yang akan menjelaskan, sebentar lagi beliau sampai dan
saat ini masih dalam perjalan kemari," ucapnya.
Sementara itu,
Ketua BPD Desa Kwala Serapuh Tumiran Tonggo yang ikut bersama warga
menuturkan. Warga tidak ada merambah hutan mangrove, apalagi merusak
ekosistem lingkungan dan biota disekitarnya.
Warga hanya
melakukan perbaikan dan peninggian benteng/tanggul menggunakan escavator
agar pemukiman warga tidak kebanjiran, lebih kurang 2 tahun warga Dusun
1 dan 2 mengalami kebanjiran, ini sudah masuk dalam Musrenbangdes 2022
untuk dilakukan perbaikan, namun belum masuk dalam anggaran karena Dana
Desa terpakai untuk BLT Covid-19.
"Karena itu warga secara
swadaya mendatangkan escavator guna melakukan perbaikan tanggul, agar
pemukiman warga tidak kebanjiran akibat air laut masuk," terang Tumiran
Tonggo selalu Ketua BPD desa setempat.
Hingga menjelang sore,
puluhan warga baik pria dan wanita masih bertahan di lokasi, meminta
agar escavator tidak ditahan atau disita dan meminta escavator untuk
kembali bekerja memperbaiki tanggul.
Reporter : Kurnia02
No comments